Senin, 15 Agustus 2011

KONSEP DAN PROSES PERENCANAAN PEMBELIAN AQIDAH AKHLAK PADA MADRASAU IBTIDAH IYAH

MATERI IV
KONSEP DAN PROSES PERENCANAAN PEMBELIAN
AQIDAH AKHLAK PADA MADRASAH IBTIDAIYAH
A.    Landasan Teologis Perencanaan Pembelajaran
Betapa penting strategisnya penekanan arti dan makna membaca, belajar dan kemuliaan belajar bagi manusia yang ditunjukkan Q.s.al-Alaq ayat 1-5 yang seyogyanya menjadi kondisi kemanusiaan yang bisa dinikmati dan lakoni oleh manusia secara baik dan nyaman (muhammad’abduh 1999) tetapi senyata sampai dengan sekarang ini, bila ada kebersediaan untuk melihat secara rendah hati dan jujur, maka akan dengan mudah difahami bahwa masyarakat sedang dalam “penderitaan parah” yang multi deminsi, secara intelektual bodoh, secara sains – teknologi ketinggalan , secara materi finansial (meski potensi sumber daya alam kaya) miskin secara emosi spritual dan sosio-moral rendah mengapa itu terjadi? Secara agak apologis tentu banyak hal yang bisa dituding sebagai itu seperti faktor politik sistem sosial yang sedang berlaku sistem pendidikan yang masih belum memadai dan banyak lainnya (watt 1990 dan hitti tt).
Tetapi diisi lainnya ada pula (misalnya arsalan 1995) yang berani mengaku bahwa sebabnya adalah kita sendiri dalam ungkapan                                         bahwa itu semua karena  kelemahan kita sendiri.
Disinilah, secara makro letak pentingnya mempersiapkan perencanaan baik untuk menghadapi dan mempersiapkan kehidupan yang  lebih baik  di dunia ini sekarang yang kurun (times respon ) nya dekat sampai dengan apa yang sedang dan hendak kita lakukan saat berikutnya, sehingga ke kehidupan akhirat yang times respon nya sengat jauh tapi akan ada sepanjang maas(kekal abadi kedua kehidupan yang sedang dan pasti akan terjalani oleh manusia siapapun dia, memerlukan pendidikan dalam arti sepenuhnya yang berkualitas. Sebab pendidikan dalam arti sepenuhnya yang berkualitas sebab pendidikan yang tidak berkualitas sama artinya dengan pemborosan (dana, tenaga, waktu). Pendidikan yang didalami terdapat pembelajaran betul-betul memerlukan perencanaan yang matang mempersiapkan apapun agar supaya menjadi lebih baik termasuk apalagi perencanaan pendidikan dan perencanaan pembelajaran memerlukan sikap dan langkah-langkah yang dinamis dan kreatif. Tetapi nampaknya kreativitas belum mendapatkan perhatian dalam porsi yang memadai padahal menurut muhadjir (1993) tinjauan dari berbagai dri berbagai segi membuktikan bahwa manusia dalam hidupnya memang dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya intelektual merupakan tuntutan utama.
Pengklasifikasian betapa besar potensi danpeluang untuk menjadi kreatif semboyan no limit to study umpamanya (muhadjir 1993) yang beredar sejak era 60-an dapat dipandang berdimensi telah ganda : pertama percepatan perubahan sosial telah dan akan selalu menjadikan pengetahuan orang tertinggal, sehingga orang dituntut untuk selalu dan terus belajar, kedua potensial kodrat manusia, khususnya otak sementara ahli menyebutkan bahwa otak baru difungsikan antara 5-25% sehingga upaya optimal kemampuan menuntut tetapi juga memberi peluang untuk selalu dan terus belajar prosentase peran otak (IQ) bagi keberhasilan, belakangan di antaranya seperti J. Sianipar (1998), dari pembacaannya
Atas berbagai hasil penelitian menyatakan bahwa “IQ hanya berpengaruh 20% terhadap kesuksesan sedangkan 80% adalah faktor lain termasuk Intelligensia Emosional; Daniel Goleman dalam Working With Emotional Intelligence ( Bigley/1998 ) memaparkan hasil penelitiannya atas “superstar” manajemen lebih dari 150 perusahaan raksasa, ia menemukan peran IQ dalam mendorong kesuksesan yang demikian tinggi adalah no more than 25 percent, dan peran emosi tampak sangat determinant.
Dari paparan tersebut, terlihat kreativitas bisa diklasikasikan menjadi tiga pasangan dan tampak saling berkomplementasi ( melengkapi ), baik saling mengembangkan maupun saling mengkritisi atau menguji, yakni antara kreativitas (i) aestitik / seni-ilmu; (ii) individual-sosial; dan (iii) biofisik-rasional secara timbal balik. Lebih lanjut, tentang kreativitas dalam pertimbangan nilai etis-religious serta hubungannya dengan nilai-nilai lain, dapat di lihat bahwa nilai etis-religius dapat di pilah antara yang insani ( ciptaan manusia ) dan yang ilahi ( wahyu tuhan lewat nabi/rasul ). Nilai insani dapat di kembangkan, dimodifikasi, atau diganti; nilai ilahi, pengembangan, modifikasi atau penggantinya terbatas pada tafsirnya atas asumsi kemampuan manusia terbatas, sedangkan wahyu tuhan memiliki kebenaran hakiki.
Kreativitas nilai etis insani hendaknya mampu mensinkronkan nilai manusiawi lainnya; dan kreativitas semua nilai hendaknya koheren dengan tafsir kita tentang nilai etis ilahi. Dengan demikian tampak bahwa terdapat perbedaan kreativitas antara yang insani yang terbatas dan yang ilahi yang tanpa batas, namun bisa di pahami melalui kreativitas insani dalam bentuk panafsiran atau pemaknaan atas kreasi ilahi. Adalah sangat mungkin, apabila kretivitas insani dalam format yang terdalam ( sebagai manusia yang beriman ) yang secara kuat mendayagunakan potensi nilai kreasinya, dapat menyerap pengaruh dari nilai kreativitas ilahi.
Nah, bila dapat sudut pandang kreativitas insani yang terbatas, mempersyaratkan berfikir kreatif, berpikir lateral dan berfikir divergen untuk bisa meraih keberuntungan dalam menjalani kehidupan di dunia yang “terbatas”, maka kreativitas ilahi yang tanpa batas mengisyaratkan tanpa perlunya berfikir dan bekerja kreatif ( ber-jihad ) ke berbagai arah dan berbagai jalan kehidupan, baik dalam kehidupan yang sekarang maupun dalam mempersiapkan kehidupan masa depan. Dalam hubungan itu, memikirkan dan mempersiapkan rencana-rencana, guna peningkatan persiapan menghadapi perjalanan masa depan [ masa depan yang time respons-nya pendek maupun dengan time respons yang panjang hingga ke akhirat ], adalah merupakan suatu yang niscaya, yang tidak terhindari. Hal ini secara teologis sudah di tekankan oleh Allah swt diantaranya seperti tertera dalam ayat-ayat berikut:
Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.s.al-Hasyr/59:18 ).
Dan orang yang berjihad untuk ( mencari keridhaan ) kami, benar-benar kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. ( Q.s.al-‘Angkabut/29:69 ).
Dalam ayat tersebut Allah swt. Menagawali seruan untuk memperhatikan masa depan ( hari esok ) dengan perintah bertaqwa. Hebatnya, seruan di maksud juga di ikuti dengan perintah bertaqwa, kemudian di tutup dengan peringatan bahwasanya Allah swt adalah maha mengetahui apa yang di perbuat hamba-nya. Ayat tersebut menegaskan pengawalan laku-laku persiapan perjalanan ke masa depan, hendaknya di lakukan dengan taqwa, yaitu terpeliharanya sifat diri yang tetap melaksanakan perintah dan menjauhi larangan atau memelihara kesalehan.
Dalam tafsir at-Tabari maupun al-Qurtubi (1967) sama kerika memaknai taqwa, yaitu sebagai penunaian kewajiban ( yang di fardukan Allah ) serta penghindaran dari ma’shiyat. Sedangkan Sayyid Qutub (1967) dalam Fi al-Qur’an di nyatakan bahwa:
            Taqwa adalah istilah tunggal yang terpenting dalam al-Qur’an yang membuahkan keseimbangan unik yang terjadi karena aksi-aksi moral yang integral dan taqwa pada tingkatan tertinggi menunjukkan kepribadian manusia yang benar-benar utuh dan integral itu. Jadi taqwa berarti melindungi diri dari akibat-akibat perbuatan sendiri yang buruk dan jahat ( Fazlur Rahman 1983 ). Dari pemaknaan dan konteks penempatan perintah Taqwa seperti itu, bisa di pahami betapa strategisnya mempersiapkan atau memperhatikan perjalanan hari esok secara kretif. Karenanya, maka seharusnya di lakukan dengan penuh kesungguhan dan kehati-hatian penuh.





Dari analisis tersebut terlihat bahwa cecara sosiologis, secara baik secara edukatif, dan bahkan secara edukatif dan bahkan secara teologis perencanaan merupakan hal yang teramat penting dipisahkan secara baik, secara hati-hati dan penuh perhitungan dengan berbagai pertimbangan dan konsekuiensinya. Demikiannya dengan secara baik, secara hati-hati dan penuh pertimbangan dengan berbagai pertimbangan dan konsekuensinya demikian juga halnya dengan perencanaan pembelajaran, hendaknya diperisiapkan secara matang dengan pembelajaran memperhitungkan segala aspek yang berkaitan dengan pembelajaran itu sendirinya begitu pentingnya perencanaan sehingga terdapat ungkapan yang maknanya kegagalan merencanakan sama artinya dengan merencanakan kegagalan
B.     Konsep dan proses perencanaan pembelajaran aqidah akhlaq MI
Menurut cumingham, perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, factor-faktor imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan dating untuk tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan kan hasil yang diinginkan serta kegiatan yang diperlukan dalam batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian
Sedangkan perencanaan pembelajaran menurut Philip H. coombs, adalah suatu penetapan yang rasional dan sistematis tentang proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan lebih efektif dan efisien dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya menurut Y. dros perencanaan pembelajaran adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan – keputusan untuk kegiatan – kegiatan dimasa depan yang usahakan untuk mencapai tujuan – tujuan dengan optimal untuk membangun ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu Negara. George menjelaskan perencanaan pembelajaran adalah proses mempersiapkan keputusan-keputusan dimasa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
Dari beberapa definisi mengenai perencanaan dan perencanan pembelajaran pembelajaran tersebut, bisadi fahami bahwa perencanaan pembelajaran aqidah akhlaq adalah proses mempersiapkan seperangkat hal menyangkut tujuan atau kompetensi, materi dan metode untuk diputuskan sebagai kegitatan dimasa depan dalam rangka pembelajaran aqidah akhlaq secara sistematik, aktif, partisipatif , kreatif, efektif dan efisien serta ikhlas dan menyenangkan
Dalam mempersiapkan sebuah perencanaan pembelajaran termasuk aqidah akhlak diantaranya beberapa komponen yang perlu diperhatikan (komponen RPP) Adalah : identitas standar kompetensi dasar..
Indicator kompetensi alokasi waktu tujuan pembelajaran materi pembelajaran metode pembelajaran langkah- langkah kegiatan pembelajaran sumber belajar dan evaluasi atau penilaian sedangkan langkah –langkah penyusunan perencanaan pembelajaran secara umum bias ditempuh dengan urutan seperti berikut : pemtaan komptensi dasar penjabaran KD ke dalam indikantor, menentukan materi / pokok bahasan, penyusunan silabus dan penyusunan RPP.
C.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar